Kehidupan Anak Jalanan


 

JAKARARTA,

Keprihatinan Dindin Komarudin terhadap kehidupan anak jalanan berawal dari sebuah perjalanan ke Sumatera beberapa tahun yang lalu. Di kapal yang ditumpanginya, Dindin menyaksikan sendiri kerasnya kehidupan sekumpulan anak yang menjadi pengamen. "Hidup mereka tak jelas arah dan tujuannya," kata Dindin.

Dari sinilah muncul ide Dindin untuk membantu para pengamen dan anak jalanan memiliki masa depan yang lebih jelas. Ketika pulang ke Jakarta, Dindin mulai mengobrol dan bergaul dengan anak jalanan dan pengamen di stasiun kereta dan terminal. Dia mencoba mencari tahu kegiatan apa yang ingin dilakukan mereka selain berkeliaran tak tentu arah sepanjang hari, mengajak berkumpul di rumahnya dan berdiskusi ringan soal lingkungan hidup.

Gayung bersambut, seorang pengamen mengusulkan kegiatan memanfaatkan kertas bekas. Setelah siap dengan segala info dan cara pemanfaatkan kertas bekas, tahun 2003 Dindin mendirikan Rumah Belajar Anak Jalanan (RBAJ) di Rawa Badak, Jakarta Utara.

Tidak semua hal berjalan mulus di awal pendirian RBAJ. "Banyak anak jalanan yang kabur dan mencuri barang-barang yang tergeletak sembarangan," kata alumni Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di Bandung ini. Tapi perlahan dan pasti, usaha keras Dindin dan anak-anak jalanan asuhannya mulai membuahkan hasil. Tahun 2004, sebuah distributor kertas daur ulang menawarkan diri menjadi distributor hasil kerja anak-anak jalanan tersebut. DBE3 (Decentralized Basic Education 3), sebuah program yang didanai USAID membantu RBAJ dalam hal teknis pembuatan kertas daur ulang. Untuk biaya operasional sehar-hari, RBAJ mendapat dukungan dana dari organisasi JICA (Japan International Cooperation Agency).

Dindin sendiri lebih suka menyebut kertas daur ulang produksi anak-anak asuhnya sebagai kertas seni daur ulang. Karena, tingkat kehalusannya yang beragam dengan tekstur yang bermacam-macam pula. Produk daur ulang RBAJ bisa dibeli di berbagai pameran kerajinan dan aksesoris atau di lokasi RBAJ jika Anda berkunjung ke sana.

Akhir Desember 2008, semua sekolah yang didampingi oleh ESP Jakarta mengikuti kegiatan pelatihan kertas daur ulang yang diadakan RBAJ di Galery K'Qita, Jakarta. Pelatihan diawali dengan penjelasan teori daur ulang kertas secara singkat, dilanjutkan dengan pengenalan bahan, peralatan dan praktik. Salah satu tantangan membuat kertas daur ulang adalah cara mengangkat cetakan dari bak berisi isi bubur kertas; agar diperoleh ketebalan kertas yang sama, bubur harus rata. Membuat kerajinan tangan dari kertas daur ulang juga membutuhkan keterampilan khusus. "Saya akan mengajarkan teman-teman di sekolah cara membuat kotak dari kertas daur ulang" kata Reihan, siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Ifadah Penjaringan.

Hingga saat ini ada 13 orang anak jalanan yang didampingi Dindin di Rawa Badak Utara. "Harapan saya ingin mengumpulkan anak-anak yang terkena narkoba untuk belajar bersama dengan anak-anak jalanan"katanya sambil menutup bincang-bincangnya.

Siti Ngaisah, ESP Jakarta


 

0 komentar:

Posting Komentar